SOLO "Spirit Of Java"

Rabu, 17 November 2010

Kohesivitas dan Lingkungan Sosial

Sebagai mahluk sosial, manusia akan selalu mengadakan hubungan dengan orang lain, selain itu pada dasarnya manusia memang selalu ingin dekat dengan orang lain. Bentuk dan makna hubungan yang dijalin seseorang sangatlah beragam, salah satunya adalah pertemanan atau persahabatan yang dijalin oleh para remaja yang di mana pertemanan atau persahabatan adalah hubungan pribadi antara dua orang atau lebih yang terjadi karena adanya kesamaan interes dan afeksi yang mendalam, ditandai dengan saling memperlihatkan satu sama lain membuka diri secara total dan saling membagi dan bahkan juga membicarakan kehidupan pribadi masing-masing. Seorang remaja yang telah mantap dengan keberadaan dirinya akan lebih percaya diri memulai hubungan dengan orang lain. Ketika menjalin relasi dengan orang lain ia tidak akan berorientasi pada dirinya sendiri melainkan akan menaruh keberadaan di luar dirinya. Hal ini tampak pada remaja yang memberikan rasa kepedulian kepada temannya yang dikenal, remaja akan lebih aman bila membagikan permasalahan, ide- ide, pkiranpikiran yang dimiliki untuk dibagikan pada orang lain yang dikatakan teman atau sahabat (Mappiare, 1982).
Teman sebaya adalah sumber afeksi, simpati, dan pengertian, tempat untuk bereksperimen dan juga tempat untuk membentuk hubungan yang mendalam dengan orang lain. Maka tidak heran remaja lebih suka menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya. Remaja yang sedang melewati masa perubahan fisik merasa lebih nyaman bersama-sama teman-teman yang mengalami hal yang sama, penting bagi remaja untuk menemukan identitas.
Rasa satu kesatuan yang terikat dan saling mendukung menggambarkan adanya kualitas ketergantungan di antara mereka atau disebut juga dengan cohesiveness (Chaplin, 2001). Lebih lanjut, Stoner dan Winkel (dalam Annalia, 2005) mengistilahkan kohesivitas kelompok sebagai kepaduan atau solidaritas. Kohesivitas kelompok merupakan petunjuk penting mengenai seberapa besar pengaruh kelompok sebaya secara keseluruhan atau masing-masing anggotanya.
Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa remaja. Remaja mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap kelompok yang memiliki kode-kode tingkah laku yang mereka tetapkan sendiri dan remaja menghargai dan mematuhinya. Setelah menyesuaikan bakat dengan minat dan nilai yang ada maka akan muncul rasa kohesi terhadap lingkungan dimana remaja bergabung (Mappiare, 1982). Kohesi dapat pula merupakan suatu bentuk hubungan persahabatan yang mempunyai ikatan untuk saling membantu dan menolong antar anggota.
Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya ikatan yang terjalin kuat dalam kelompok teman sebayanya tersebut (peer group), sedemikian kuatnya sehingga mengarah ke fanatisme. Sehingga tiap-tiap anggota kelompok menyadari bahwa mereka adalah satu kesatuan yang terkait dan saling mendukung. Di mana kelompok teman sebaya (peer group) merupakan kelompok yang terdiri dari teman seusianya dan mereka dapat mengasosiasikan dirinya (Chaplin, 2001). Dan juga menurut Santrock (2003), pada banyak rema ja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Bahkan remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota. Untuk mereka, yang tidak kohesi atau mengikuti aturan kelompoknya akan dikucilkan dan berarti stres, frustasi, dan kesedihan.
Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama di antara mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa individu akan berperilaku apa saja sesuai dengan kehendak kelompoknya, dengan kata lain perilaku atau pendirian individu bisa dipengaruhi oleh kelompok di mana dia berada. Individu cenderung berperilaku sama atau searah dengan peer group-nya tersebut. Kecenderungan remaja untuk berperilaku searah peer group-nya tidak terlepas dari keinginan untuk diterima sebagai bagian dari kelompoknya, di mana pada masa remaja terdapat dua pola pergerakan yaitu menghindar dari orang tua dan menuju kelompok teman sebaya (Monks, 1999), sehingga penerimaan dari kelompok teman sebaya merupakan hal yang penting bagi mereka dan tentunya mereka pun menghindari adanya penolakan dari kelompok tersebut.

Prasetyowati, Nina. 2009. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA. http://etd.eprints.ums.ac.id/5955/1/F100040061.pdf. 17 November 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar